Dari hasil browsing dan nanya ke temen-temen yang udah pernah bawa balita umroh, vaksin meningitis belum perlu dan hanya wajib untuk anak diatas 11 tahun. Di bawah itu, cukup dengan melengkapi vaksin HiB dan PCV. Dan ini juga didukung 100% sama DSA nya Malik.
Jadilah hari itu kita lengkapi vaksin PCV, karena harganya mahal waktu itu kita sepakat untuk ga vaksin PCV. Karena memang belum ada rencana mau umroh atau tinggal di luar negeri.
Ternyata, waktu vaksin meningitis sama suami, dokter bandara bilang kalau anak diatas 2 tahun WAJIB vaksin meningitis. HiB dan PCV ga cukup. Konon kalau Malik ga disuntik meningitis disitu, dokternya gamau kasih buku kuning. Ih dokter, ngambekan dehh...
Sempet khawatir untuk vaksin meningitis buat Malik karena belum sebulan yang lalu baru vaksin PCV. Takut overdosis meningitis ga sih...akhirnya browsing lagi sana-sini dan terakhir nanya temen yang kebetulan lagi ambil spesialisasi dokter anak. Kesimpulannya, ga ada yang namanya overdosis vaksin. Apalagi kalau vaksin mati ketemu vaksin mati. Yang bahaya itu kalau vaksin hidup ketemu vaksin mati, atau sebaliknya. Harus dikasi jeda waktu antara vaksin pertama dengan vaksin kedua.
Akhirnya kita melaju ke Soetta (lagi). Kali ini baru jalan dari rumah jam 7an, lupa pula print fotokopi paspor. Terpaksa numpang print sama tetangga pagi-pagi huhu.
Lagi-lagi perjalanan ke Soetta lancar jaya. Ga nyampe sejam udah sampai di kantor kesehatan bandara. Kali ini kita cuma tinggal serahin formulir dan persyaratan tambahan karena kita udah colongan isi formulirnya di rumah hehe. Oh ya untuk anak-anak persyaratannya fotokopi paspor dan foto 4x6 1 lembar yah. Sampai jam 9 kurang dapat nomor antrian 64, lumayanlah. Kira-kira jam 10 udah dipanggil dan jam 11 buku kuning sudah di tangan. Oh ya, selain vaksin meningitis, buat jaga-jaga malik juga di kasi vaksin flu.
Entah hoki atau memang ada perbaikan sistem, yang pasti Alhamdulillah kita ga pernah ngalamin antrian panjang vaksin meningitis seperti yang diceritain orang-orang.