Jumat, 4 Juni 2010 Rasanya baru kemarin iseng-iseng pulang kantor mampir ke apotik buat beli Test Pack. Atas saran teman kantor, beli yang hasilnya terbaca positif atau negatif dan bukan yang satu atau dua garis. Lebih akurat katanya.
Sesuai dengan petunjuk pemakaian, tes dilakukan dengan pipis pertama di pagi hari. Berhubung saya tes cuma untuk membuktikan sama suami kalau saya tidak hamil dan bisa ikutan latihan futsal buat pertandingan berikutnya, jadi tidak terlalu harap harap cemas menanti hasil.
Selang beberapa menit, Test Pack mulai menunjukkan satu garis melintang. Aha…negatif!!! Eh tapi kok tiba-tiba ada satu garis buram diatasnya…buru-buru saya bangunkan suami dan sodorkan Test Pack serta petunjuk membacanya. Dia yang nyawanya masih belum nyambung, mengambil alih Test Pack, diputar-putar berbagai arah…trus dengan nada dan tampang yang sama datarnya dia bilang “kayaknya positif”, lalu kembali tidur dan meninggalkan saya yang hanya bisa melotot kaget. Setelah saya bangunin secara paksa dengan sedikit kekerasan (Baca:pukul pake bantal), baru dia sadar kalau itu bukan mimpi lalu ikutan pasang tampang kaget. Kita baru benar-benar percaya kalau saya hamil waktu kita ke dokter dan dokter secara sah dan meyakinkan menyatakan saya hamil.
Perkenalan dengan The Urban Mama (“TUM”) Kita berdua memang tidak ada rencana untuk menunda anak, tapi kita juga tidak pernah menyangka bahwa kabar gembira itu datang hanya 33 hari sejak kita berdua resmi menikah. Wajar kalau saya bilang saat itu kami bisa dibilang tidak siap, terutama saya. Menjalankan peran sebagai suami isteri aja bisa dibilang masih dalam proses belajar merangkak, apalagi peran sebagai orang tua.
Jadi ibu jelas merupakan tanggung jawab yang sangat besar. Berhubung ibu saya sudah 4 tahun meninggal, saya tidak punya tempat bertanya dan sempat merasa panik menghadapi kehamilan saya 9 bulan ke depan. Memang sih ada mama mertua yang sudah saya anggap ibu, tapi tidak bisa dipungkiri rasanya tetap beda dengan ibu sendiri.
Saya termasuk salah satu yang ‘telat’ menikah diantara teman-teman dekat saya, padahal umur kami rata-rata baru 25 tahun. Banyak dari teman-teman saya yang sudah punya anak, bahkan beberapa sedang menanti anak kedua. Beruntung bagi saya, jadi banyak teman yang bisa diinterogasi seputar kehamilan dan bagaimana rasanya jadi orang tua di usia muda.
Selama ini saya hanya tertarik berburu informasi seputar tujuan liburan, diskon, baju dan sepatu model terbaru. Mana pula saya tau apa itu pentingnya ASI, siapa itu Braxton Hicks dan apa pula makhluk yang namanya Cloth Diapers (Clodi).
Suatu hari teman saya, Crey, memperkenalkan saya dengan situs TUM. Awalnya saya sempat tidak tertarik dengan TUM, paling isinya hanya sekumpulan ibu-ibu yang terlalu narsis dengan anak-anaknya sendiri dan pasti topik-topiknya membosankan. Sampai akhirnya, di hari dimana saya sedang makan gaji buta di kantor, saya iseng buka TUM dan waahhh…situsnya bagus, warnanya ga bikin sakit mata, logonya keren dan begitu chic *komentar cetek hehe*.
Lebih Jauh dengan TUM Karena sudah tertarik dengan penampilannya, saya merasa nyaman dan penasaran dengan isi dari TUM. Waktunya kita kenalan lebih jauh. Saya Sign Up dan mulai ‘berkelana’. Area jajahan saya diawali dengan kategori Pregnancy. Bagi saya pribadi, isinya cukup lengkap. Ada artikel, tips, resep, style, cerita-cerita pembaca dan rubrik Ask the Expert. Tadinya saya pikir TUM itu seperti majalah online dimana kita jadi pembaca pasif, ternyata…kebanyakan substansi TUM justru produk partisipasi dari pembacanya, jadi tidak membosankan dan lebih kena di hati karena sifatnya berbagi pengalaman. Motivasi bagi saya untuk cari bahan menulis dan numpang nama di TUM hehe..
Yang paling saya suka dari TUM adalah adanya Forum yang membahas A-Z mengenai kehamilan, persalinan, produk-produk bayi, dokter kandungan, dokter anak…apa aja, you name it!!! Tapi berhubung masih newbie, saya belum berani ikutan nimbrung melempar pertanyaan apalagi kasi komentar. Masih tahap pembaca pasif aja sambil menyerap informasi-informasi penting dari pertanyaan dan respon-respon yang masuk.
Terus terang sampai detik ini saya belum punya nyali untuk ikutan event Kopdarnya TUM, jadi belum kompeten untuk komentar mengenai hal yang satu itu. Alasan utama karena saya belum melahirkan jadi belum bisa bawa bayi ke Kopdar, takut ga punya ‘kesibukan’ kalau mendadak saya mati gaya di Kopdar *lagi-lagi cetek hehe*.
Menurut pengakuan Crey, Kopdar TUM itu ramai dan seru. Isinya ibu-ibu muda bergaya yang saling tukar cerita dan informasi (dan bahkan gosip). Dari Kopdar, dijamin contact Blackberry jadi makin banyak karena kita jadi kenal banyak teman baru. Wah seru juga yah kalau salah satu anggota punya online shop atau baby shop trus bisa dapat diskon *ngarep*.
1001 Cara
"There is always a different story in every parentingSaya setuju seratus persen dengan motonya TUM *acung jempol tangan dan jempol kaki kiri kanan*. Suka sebel sama orang yang memaksakan pendapat apalagi kehendak soal kehamilan, merawat anak dan menjadi orang tua yang baik. Pribadi orang itu berbeda-beda satu sama lain. Belum tentu apa yang dialami orang tua yang satu, dialami juga oleh orang tua yang lain.
style"
Dari TUM, saya jadi belajar banyak hal dan banyak cara. Seru sekali menyimak cerita-cerita para anggota, baik dari rubrik Our Stories maupun Forum. Masing-masing punya masalah dan cerita-cerita yang variatif. Karena variasi itu, wawasan saya dan suami (yang selalu saya suapin sampai kenyang dengan hasil 'buruan' saya di TUM) tentang dunia kehamilan, anak dan orang tua jadi makin luas. kami jadi punya banyak referensi. Tinggal bagaimana kami menentukan apa atau kondisi bagaimana yang paling sesuai dan dapat diterapkan oleh saya dan suami.
Tau dari TUM Ada cerita tentang saya dan mama mertua. Seperti layaknya orang tua manapun yang dipenuhi kegembiraan meluap-luap menanti kedatangan cucu pertama, mama mertua saya tidak bosan-bosannya menyuapi saya dengan informasi, pengalaman, petuah bijak sampai hal-hal pamali yang kadang menurut saya tidak masuk akal.
Berhubung saya tidak punya pengalaman hamil dan punya anak sebelumnya, jadi saya menyimak patuh. Tapi makin kesini kok ya informasinya agak kurang relevan dengan keadaan masa sekarang. Contohnya, dia komentar kalau dia heran sama ibu-ibu muda jaman sekarang. Anaknya sampai usia 6 bulan cuma dikasi ASI dan tidak ada makanan pendamping lainnya. Mana cukup…Iseng-iseng saya cross check sama TUM. Ternyata dari TUM saya malah belajar kalau justru ASI eksklusif sampai usia 6 bulan itu penting.
Sejak saat itu, apapun yang orang bilang, termasuk mama mertua, pasti saya akan cek kebenarannya dari TUM. Bukan karena saya tidak mendengarkan omongan mama mertua, tapi saya sadar bahwa cara mereka merawat dan membesarkan anak, termasuk teknologi yang digunakan sekurang-kurangnya 25 tahun yang lalu banyak yang tidak aplikatif dengan apa yang kita hadapi saat ini.
Seiring bertambahnya usia kehamilan, saya makin semangat untuk cari informasi di TUM. Bagi saya, TUM itu seperti buku RPUL (Ringkasan Pengetahuan Umum Lengkap) waktu saya duduk di bangku Sekolah Dasar. Apapun yang saya cari tau ada disana.
Mama mertua saya sekarang malah sering nanya sama saya tentang tren ibu-ibu masa kini. Contohnya tentang Clodi. Berbekal informasi dan pengetahuan yang saya peroleh dari TUM, saya bisa bercuap-cuap soal apa itu Clodi, apa manfaatnya bagi bayi, lingkungan dan kesehatan keuangan. Saya bahkan jadi ‘kampanye’ kecil-kecilan sama teman-teman saya tentang pentingnya ASI. Makin hari saya makin haus informasi dan saya jadi addicted sama TUM.
Berhubung teman-teman saya suka nyelain saya sok tau gara-gara suka nyasar karena salah informasi jalan, untuk urusan dunia ibu dan anak saya bisa berbangga hati karena saya punya sumber informasi terpercaya. Setiap mereka tanya saya tau dari mana, dengan yakin dan pasti saya jawab “Tau dari TUM!” *nyengir lebar*.
Follow TUM Tidak puas membaca TUM lewat layar komputer, saya ikut-ikutan member yang lain follow @theurbanmama di Twitter. Berhubung Twitter sedang 'happening', keputusan yang sangat pintar untuk punya account Twitter. Informasi lebih cepat dan mudah diakses. Kalau punya pertanyaan apapun, tinggal tanya lewat tweet ke TUM dan jawaban pun berdatangan dalam waktu singkat, baik dari TUM maupun dari para followernya. Ohhh..baik sekali siihhh *terharu*.
Ternyata timing saya follow tepat, karena TUM sedang menyambut ulang tahunnya yang pertama dan banyak kuis yang diadakan lewat twitter. Walau tidak pernah menang, seru juga mengadu peruntungan di kuis-kuis seperti itu *semoga curcol ini didengarkan oleh TUM dan saya diberikan kesempatan menang walau sekali saja, Amiiiinnnnn*.
Happy Anniversay TUM, semoga tumbuh makin besar dan pintar sehingga bisa terus menuntun para calon orang tua seperti saya maupun yang sudah jadi orang tua ke jalan yang baik dan benar ^.^